Perdebatan di Sidang Perceraian
Di dalam ruang gedung pengadilan sedang terjadi sidang perceraian.
Jono: "Pak Hakim, saya mencoba untuk jadi gentleman dengan membukakan pintu mobil buat istri saya. Tapi apa balasannya? Dia malah menyeret saya ke sidang pengadilan ini!"
"Pak Jono" kata Hakim. "Saya menyetujui gugatan cerai istri Anda. Saya tidak percaya bahwa menjadi seorang gentleman dan ksatria adalah ketika membukakan pintu mobil dalam kecepatan 100 km/jam di Tol Cikampek!!"
Minta Dihukum 5 Tahun
Hakim : Anda dijatuhi hukuman selama 3 bulan.
Pencuri : Saya tidak terima.
Hakim : Lho kok menolak?, seharusnya saudara dihukum selama 6 bulan, karena kebaikan saya maka hukuman saudara saya potong 3 bulan.
Pencuri : Saya tidak terima 3 bulan karena krisis ekonomi di negara ini paling cepat diatasi 5 tahun, jadi saya minta dihukum 5 tahun saja.
Potensi Anak Apabila Menahan Perceraian
Iwan dan Susi mendatangi pengadilan untuk mengurus perceraian.
"Saya ingin pisah dari barang rongsokan ini," kata Susi emosional.
"Saya tidak bisa hidup dengan monster ini," balas Iwan.
"Berapa anak kalian?" kata hakim.
"Tiga," jawab Iwan.
"Tunggulah setahun lagi," kata sang hakim.
"Tambahlah satu anak lagi, supaya kalian masing-masing mendapat dua anak."
"Tapi dengan potensi saya, bisa-bisa kami nanti malah mendapat anak kembar," kata Iwan.
"Apa? kembar?" Susi mencibir. "Kalau saya hanya mengandalkan dia, belum tentu kami bisa punya tiga anak seperti sekarang."
Ghalib di Pengadilan
Alkisah setelah terjadi pergantian pemerintahan yang baru. Banyak sekali pejabat-pejabat tinggi di masa rezim Orde Baru, maupun Orde Baru berbaju Orde Reformasi diadili. Salah satunya adalah Andi M. Ghalib, mantan Jaksa Agung.
Tetapi rupanya bakatnya yang suka bicara muter-muter tidak me ninggalkan kepribadiannya di sidang pengadilan. Sehingga jalan pengadilan terasa berlarut-larut, menyita enerji dan waktu.
Tetapi berkat kerja keras para jaksa dan hakim yang benar-benar bisa diandalkan dan bukti-bukti yang dikumpulkan oleh masyarakat, terutama dari ICW, Ghalib tidak bisa mengingkari lagi dakwaan korupsi yang ditujukan kepadanya.
Di sidang pengadilan yang terakhir, sidang berjalan teramat sangat mulus. Karena Ghalib mengakui semua yang didakwa kepadanya. Tidak ada secuil pun yang diingkarinya. Namun demikian tidak urung membuat hakim ketua jengkel juga.
Sambil melepaskan kacamatanya, dia berkata kepada Ghalib : " Mengapa sejak awal Anda tidak mau mengakui saja seperti sekarang ? Sehingga kita semua tidak buang2 enerji dan waktu ! ? "
Dengan tenang Ghalib menjawab : " Tadinya saya mengira saya tidak bersalah. Tetapi setelah jaksa ternyata mampu menunjukkan bukti-bukti itu, saya baru sadar, ternyata saya memang bersalah ! "
Kurang Tiga Saksi
Suatu saat seorang pengusaha roti yang kaya raya terlibat suatu kasus yang cukup berat. Karena ingin memenangkan kasus itu, iapun berniat untuk menyuap hakim yang akan mengadili kasusnya. Ia menyuruh pembantunya untuk mengirimkan 30 buah roti untuk hakim. Roti-roti itu ditaruh di sebuah nampan besar dan ditumpuk menjadi 3 bagian, dan di bawah setiap roti diselipkan sekeping uang emas.
Ketika sampai di kantor hakim, jaksa mengatakan bahwa hakim sedang tidak ada. Akhirnya sang pembantu menitipkan roti-roti itu pada jaksa, kemudian pulang. Ternyata jaksa tergiur juga melihat roti-roti itu. Kemudian iapun mencicipi satu roti dan menemukan sekeping uang emas di bawah roti tsb. Karena rotinya memang enak dan jaksa juga lapar, maka ia mencicipi satu roti lagi dan menemukan lagi sekeping uang emas. Lalu ia berpikir untuk menyimpan satu untuk di rumah dan mengambil satu roti lagi dan kembali menemukan sekeping uang emas. Uang-uang emas itupun ia simpan.
Keesokan harinya merupakan hari persidangan. Ketika tiba giliran pengusaha roti mengajukan pembelaan, ia berkata pada hakim : "Pak Hakim, bukankah kemarin saya sudah mengirimkan 30 orang saksi untuk diperiksa ?" "Memang benar Anda sudah mengirimkan saksi-saksi untuk diperiksa, tapi yang datang cuma 27 orang, bukan 30 seperti kata Anda." kata Pak Hakim. Sebelum pengusaha roti berkata lebih lanjut, jaksa nyeletuk, "Maaf Pak Hakim, dia memang mengirimkan 30 orang saksi, tetapi yang 3 orang sedang sakit dan saya sudah memeriksa mereka. Nanti laporannya saya sampaikan pada Pak Hakim."
Ingat Anak
Di suatu persidangan, bertanyalah seorang hakim kepada seorang pencuri yang telah berhasil menguras isi sebuah Pasar Swalayan:
Hakim : "Terdakwa!! Sudah berapa kali kamu mencuri?"
Pencuri : "Ini baru yang pertama kali... Sungguh.... Pak..."
Hakim : "Sungguh!! Kalau begitu... Apa Kamu tidak ingat dengan anak mu ketika kamu ingin mencuri?"
Pencuri : "Ooo.. Jelas ingat Pak... Waktu itu saya memang ingin sekalian mencuri mainan untuk anak saya... tapi berhubung di sana gak ada mainan... Akhirnya saya hanya membawakan coklat Pak..."
Milih Neraka Yang Mana?
Seorang penjahat dengan inisial Bang Napi meninggal, langsung dikirim ke neraka.Sebelum dimasukkan neraka Bang Napi disuruh memilih sendiri tempatnya. Ada 5 tempat yang boleh dipilihnya:
1.Neraka panggang,disana akan dipanggang terus sampai tua.
2.Neraka potong-2,disana dipotong potong terus sampai tua.
3.Neraka tusuk sate,disana di tusuk sate terus sampai tua.
4.Neraka setrikaan,disana dia disetrika terus sampai tua.
5.Neraka kolam berisi nanah,darah,tinja dll. Disana dia akan disuruh berendam terus sampai tua.
Akhirnya Bang Napi berpikir di neraka kolam nanah adalah yang paling enak,dia melihat semua penghuni cuma berendam sebatas leher saja.Dan segera diapun bilang mau disitu saja.
Setelah ia masuk dan berendam 5 menit,terdengar suara keras.
Malaikat:hai para penghuni neraka nanah,saat beristirahat sudah selesai.Silahkan kalian semuanya menyelam kembali...
Sandwich Gajah
Sebuah truk berhenti di daerah perbatasan.
"Jangan coba-coba membawa barang ilegal, ya!" kata petugas.
"Tidak, Pak. Semua barang kami disertai dengan dokumen resmi," jawab sopir truk.
"Lalu ini apa?" tanya petugas itu setelah membuka bak belakang. Di situ ada seekor gajah yang dijepit dengan dua bongkah roti besar dan diikat dengan tali.
Sopir itu terbelalak kaget, "Ya ampun, masa bikin sandwich pun isinya dibatasi?"
Cita-Cita Ingin Menjadi Hakim
Dua orang sahabat Udin dan Joni baru lulus dari SMU, mereka mempunyai rencana melanjutkan ke perguruan tinggi.
Udin : "Jon, kamu nanti ngambil fakultas apa?"
Joni : "Rencananya sich aku mau ngambil fakultas hukum."
Udin : "Wah, kamu mau jadi pengacara ya?"
Joni : "Enggak ah, aku kan pengen cepet kaya!"
Udin : "Memangnya kamu mau jadi apa dong?"
Joni : "Aku mau jadi HAKIM saja!"
Udin : "Memangnya jadi HAKIM bisa lebih cepet kaya..?"
Joni : "Jelas dong, HAKIM kan yang ngambil keputusan di pengadilan..."
Udin : "Terus, apa hubungannya..?"
Joni : "Ya, sesuai dengan namanya saja. HAKIM, Hubungi Aku Kalau Ingin Menang!"
Udin : "???????"
Tidak Pernah Bicara Kepada Istri
Yanti dan Budi sedang berada di pengadilan untuk mengurus perceraian mereka.
Hakim bertanya, "Budi, apakah benar tiga tahun terakhir ini, kamu tidak pernah bicara kepada Yanti?"
Budi menjawab, "Iya Pak Hakim."
"Dan apakah Anda bisa menjelaskan mengapa perbuatan yang seharusnya tidak Anda lakukan pada isteri Anda itu bisa terjadi?" tanya Pak Hakim lagi.
"Sebenarnya, saya diam karena tidak mau memotong pembicaraan dia, Pak Hakim."
0 komentar: